Beranda | Artikel
Kunci Dunia Akhirat
Senin, 12 Juni 2023

Khutbah Pertama:

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

أما بعد..

فَإِنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ…

أما بعد..

عِبَادَ اللهِ، اِتَّقثوْا اللهَ

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Kita semua sepakat bahwa hidup ini hanya sementara. Dan pasti nanti kita akan dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itulah, Allah mengutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang tujuannya untuk mengajarkan manusia dan memberikan mereka bimbingan agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. 

Salah satu kunci, agar seseorang bisa selamat di dunia dan di akhirat adalah ia memiliki kemampuan untuk bisa bersikap yang terbaik kepada Tuhannya, kepada dirinya sendiri, dan kepada sesama makhluk yang ada di sekitarnya. Tiga poin inilah yang menjadi dasar kita berinteraksi. 

Dalam kehidupan kita, kita selalu berinteraksi dengan Allah, berinteraksi dengan diri kita sendiri, dan berinteraksi dengan orang lain yang ada di sekitar kita. Untuk bisa melakukan hal ini dengan maksimal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing kita dengan sabdanya,

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah, dan Abu Abdurrahman, Mu’azd bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya, dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” [HR. Ahmad].

Ibadallah,

Pesan pertama yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada.”

Karena seorang hamba tatkala dia berinteraksi dengan tiga model interaksi di atas, dia dituntut untuk bertakwa kepada Allah. Bentuk takwa itu seperti yang disampaikan seorang tabi’in, Thalq bin Habib rahimahullah,

التقوى أن تعمل بطاعة الله، على نور من الله، ترجو ثواب الله، وأن تجتنب معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله

“Takwa adalah engkau melakukan amalan ketaatan kepada Allah berdasarkan panduan dari Allah dalam rangka mendapatkan pahala dari Allah. Dan engkau menjauhi maksiat berdasarkan panduan dari Allah karena takut akan hukuman dari-Nya.”

Dimanapun kita berada, kita dituntut untuk menjaga takwa ini. Karena Tuhan yang kita sembah saat kita berada di kampung halaman kita, adalah Tuhan yang sama juga saat kita sedang berpergian. Dan Dia juga merupakan Tuhan yang sama dimanapun kita berada. Oleh karena itu, Nabi memberikan panduan, kalau mau sukses dalam berinteraksi dengan Allah, jagalah ketakwaan dimanapun kita berada.

Kemudian kunci kesuksesan kehidupan yang kedua adalah:

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Iringilah perbuatan buruk (maksiat) dengan melakukan kebaikan, niscaya menghapusnya.”

Mengenai kalimat ini, ada dua tafsiran yang disampaikan oleh para ulama. Pertama: maksudnya adalah iringi perbuatan maksiat yang kita lakukan dengan perbuatan taat yaitu taubat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ 

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu (taubat) menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” [Quran Hud: 114].

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

التَّائبُ من الذَّنبِ كمن لا ذنبَ له

“Seorang yang bertaubat dari suatu perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa tersebut.” [HR. Ibnu Majah 4250].

Makna yang kedua dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Iringilah perbuatan buruk (maksiat) dengan melakukan kebaikan, niscaya menghapusnya.”

Ketika kita sedang tenggelam dalam perbuatan maksiat dan dosa, salah satu cara untuk menghapus kesalahan dan dosa tersebut adalah dengan melakukan perbuatan baik. Melakukan amal shaleh untuk menghapus dosa tersebut. Seperti melakukan shalat, berdzikir, membaca Alquran, atau ibadah yang lainnya. Termasuk juga sedekah. Dengan melakukan amal kebajikan tersebut, kita berharap agar Allah melakukan penghapusan dosa yang kita kerjakan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

“Shalat yang lima waktu, shalat Jumat sampai Jumat berikutnya, dan puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, adalah penghapus-penghapus dosa di antara waktu-waktu tersebut, selama dosa besar tidak dilakukan.” [HR. Muslim].

Janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang mengiringi perbuatan buruk dengan amal kebajikan, maka dosa perbuatan buruk tersebut akan dihapus oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala. Dan ini adalah di antara cara terbaik seseorang bermuamalah dengan dirinya sendiri. Agar seseorang tidak terbebani dengan aneka macam dosa yang telah dia lakukan. 

Kemudian pesan yang ketiga dari hadits ini:

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”

Berinteraksi dengan masyarakat dengan akhlak yang mulia adalah sebab seseorang dinilai berharga oleh masyarakat. Manusia dinilai karena akhlaknya bukan karena yang lainnya. Status sosial akan hilang apabila seseorang memiliki akhlak yang tercela. 

Demikian khotbah pertama yang khotib sampaikan,

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..

أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:

Kaum muslimin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Berdasarkan tiga kunci sukses dalam mengarungi kehidupan dunia yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang khotib sampaikan, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwasanya interaksi dan muamalah itu bukan hanya pada tataran hubungan manusia dengan manusia saja. tapi juga manusia harus memikirkan bagaimana ia sukses menjalin interaksi dengan Tuhannya, penciptanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita dituntut berakhlak mulia kepada Allah. Kita dituntut berakhlak mulia kepada diri kita sendiri. Dan kita dituntut untuk berakhlak mulia dengan sesama manusia yang ada di sekitar kita. baik keluaga, teman, tetangga, dan orang-orang yang berada dalam pergaulan kita. 

Ada orang yang mengartikan akhlak mulia itu dengan pengertian yang sempit. Menurutnya akhlak mulia itu hanya kepada sesama manusia saja. Tentu prinsip ini adalah prinsip yang salah. Kalau prinsipnya seperti ini, ia akan terjatuh pada mengesampingkan hak Allah. Terjatuh pada apa yang dilarang oleh Allah dengan alasan ia berakhlak kepada manusia. 

Kalau kita diajak untuk bermaksiat kepada Allah, lalu kita tolak, kita tidak disebut sebagai seorang yang berbuat jahat kepada manusia. Berbuat baik kepada manusia tidaklah sifatnya mutlak sampai harus melanggar aturan yang Allah tetapkan.

Karena itulah, sekali lagi khotib mengingatkan agar supaya kita memperhatikan; ada akhlak kepada Allah, ada akhlak kepada diri kita, dan ada akhlak kepada sesama manusia. Dan masing-masing harus diberikan porsi sesuai yang ditetapkan oleh syariat. 

Semoga Allah Ta’ala meberikan kita kekuatan hidayah untuk menjadi manusia yang selalu bersikap ideal dalam kegiatan apapun yang kita lakukan. Baik tatkala kita berinteraksi dalam rangka ibadah maupun interaksi dalam artian muamalah kepada sesama.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرٍ الصِدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ نَاصِراً وَمُعِيْنًا وَحَافِظاً وَمُؤَيِّدًا، اَللَّهُمَّ آمِنْ رَوْعَاتَهُمْ وَاسْتُرْ عَوْرَاتَهُمْ وَاحْقِنْ دِمَاءَهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنِ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَامْكُرْ لَنَا وَلَا تُمْكِرْ عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرِ الْهُدَى لَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ ذَاكِرِيْنَ، لَكَ شَاكِرِيْنَ، إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ، لَكَ مُخْبِتِيْنَ لَكَ مُطِيْعِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَاهْدِ قُلُوْبَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا. اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ .

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، عَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، {وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ } .

Ditranskrip dari khotbah Jumat Ustadz Ammi Nur Baits yang berjudul Kunci Selamat Dunia Akhirat
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/6340-kunci-dunia-akhirat.html